Posted on Leave a comment

Tamasya dengan Sejarah Peninggalan Kampung di Yogyakarta

Bicara soal kampung tamasya Jogja, selama ini orang cuma terkenal dengan kampung tamasya Tembi, Kasongan, atau Krebet saja. Sedangkan baru-baru ini ada satu kampung tamasya yang sedang hits banget ialah Kampung Tamasya Warungboto. Terletak di jalan Pejuang, Kelurahan Warungboto, Kecamatan Umbulharjo, ideal berada di belakang kebun hewan Bergembira Loka. – https://archipelagotraveller.com/outbound-puncak/

Tur tamasya diawali dengan mengunjungi website petilasan Gadjah Wong yang berlokasi di dalam kebun hewan Bergembira Lokal
Tur tamasya Warungboto dibuka dengan mengunjungi website petilasan Gadjah Wong. Petilasan Gadjah Wong merupakan daerah di mana dulu gajah peliharaan Sultan Hamengkubuwono I lazim dimandikan oleh abdi dalem kepercayaannya. Pada suatu hari, ketika abdi dalem memandikan gajah Kraton di sungai hal yang demikian, banjir datang, keduanya hanyut ke Laut Selatan dan meninggal dunia. Kisah hal yang demikian diabadikan menjadi nama kali Gadjah Wong, kali yang menghanyutkan Gadjah (gajah) dan Wong (orang). – https://archipelagotraveller.com/destinasi-wisata-pulau-seribu-yang-wajib-anda-kunjungi/

Sejarah ini agaknya baru bagi peserta karena pada lazimnya pelancong mengunjungi Bergembira Loka cuma mau memandang flora dan fauna saja, sedangkan ada cerita di balik kali gajah wong yang mana menjadi salah satu peninggalan sejarah Jogja di sana.

Kunjungan ke website Warungboto menjadi puncak acara. Inilah bangunan sejarah yang dulunya dibangun oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I sebagai daerah pesanggrahan dan pemandian
Sesudah perut begah, rombongan peserta diajak mengunjungi ikon kampung tamasya di sana, ialah sebuah website sejarah Warungboto. Laman yang dibangun pada masa Sri Sultan Hamengkubuwono I dan diteruskan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono II. Dulunya bangunan ini difungsikan sebagai pesanggrahan dan pemandian. Laman ini baru-baru ini sempat booming saat menjadi latar foto pernikahan buah hati Presiden Joko Widodo, Kahiyang, November tahun lalu. – https://archipelagotraveller.com/komodo-2/

Di sini peserta memperoleh hiburan berupa pertunjukkan tari tradisional dari Sendratari Merti Tuk Umbul dengan diiringi juga dengan musik gamelan. Peserta cukup mujur merasakan pertunjukkan tari ini, karena umumnya cuma diadakan ketika memasuki bulan Ramadhon. Pertunjukkan hal yang demikian menyebutkan seputar pensucian diri melawan nafsu angkara sebelum kita menjelang bulan puasa.

Dilanjutkan dengan tamasya belanja; mulai dari penjaja tanaman, warung kaus lokal hingga pengrajin kulit seluruh disambangi
Setalah mengunjungi website sejarah, peserta diajak keluar kebun hewan dan menelusuri sepanjang jalan Kebun Raya. Di sana peserta digiring untuk bercakap-cakap dengan penduduk lokal yang menjajakan tanaman hiasnya. Kemudian mampir ke warung kaus oleh-oleh yang bernama Mbelingers’ Shirt –kaus-kaus di sana mempunyai ciri khas Jogja dengan desain keris di belakang kausnya dan sebagian kutipan arif dalam bahasa jawa.

Lalu tur dilanjutkan dengan kunjungan ke pengrajin kulit masyarakat setempat, tepatnya di jalan Rejowinangun. Peserta dipersilakan untuk bersua lantas dengan pengrajin, memandang hasil kerajinannya, dan sebagian ada yang membelinya. Mulai dari dompet, sepatu, ransel, sweater dan sebagian produk lainnya ada. – https://archipelagotraveller.com/manado/

Kala tubuh lelah dan perut terasa lapar sebab berjalan kaki cukup jauh, peserta kesudahannya dipersilakan untuk beristirahat sembari bertamasya masakan
Perjalanan berlanjut dengan mengunjungi website Nogobondo. Nogobondo merupakan simbol pintu masuk ke Tuk Umbul (Laman Warungboto) yang menyerupai wujud sebuah naga. Konon, dulunya adalah saluran daerah masuknya air dari sungai gajah wong ke sebuah kolam pesanggrahan raja. Melainkan, sayang yang tersisa dari website ini merupakan kepala naga saja.

Setelahnya peserta diajak untuk menyambangi daerah pembuatan tempe. Sembari memandang cara kerja pembuatan tempe, peserta juga disuguhkan hasil olahan tempe sebagai makanan ringan penunda lapar. Sesudah itu barulah rombongan peserta beristirahat sembari menyantap hidangan makan siang di Omah Tamasya. Menunya berbagai, namun yang paling menarik merupakan makanan khas kampung Warungboto, Nasi Gudangan dengan lauk baceman dan minuman tradisional Wedang Stup. – https://archipelagotraveller.com/lombok/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *